Indeks Maloklusi

shape image

Indeks Maloklusi

 

  • Sejarah

    Sejak adanya ilmu ortodonti, terpikir membuat suatu tatacara penilaian untuk melakukan perawatan ortodonti.

    • Acuan awal:

      Hanya berupa pembagian jenis-jenis klasifikasi maloklusi (klasifikasi Angle) untukmemudahkan klinisi mengingat gambaran suatu maloklusi dan dapat dilihat secara langsung walaupun tanpa model studi.

    • Kekurangan:

      • Tidak dapat menunjukkan derajat keparahan suatu maloklusi dalam satu kelas
      • Bersifat subyektif jika digunakan untuk menilai keparahan maloklusi
  • Konsep kebutuhan perawatan Ortodonti (Prahl Anderson,1978)

    1. Tanda-tanda obyektif: kelainan gigi yang menyimpang dari normal

    2. Gejala subyektif: persepsi diri terhadap kelainan yang membutuhkan perawatan

    3. Pandangan normal: pendapat umum bahwa maloklusi seseorang perlu dirawat (tergantung sosio-budaya setempat)

    Perlu dibuat standar penilaian yang sama berdasar krietria yang obyektif dan baku

  • DEFINISI

    INDEKS : angka atau bilangan sebagai indikator untuk menenerangkan keadaan tertentu

    • Di bidang Ortodonti:
      • Indeks oklusal/indeks Ortodonti: berhubungan erat dengan perawatan Ortodonti
      • Indeks maloklusi: secara epidemiologis menggambarkan tingkat keparahan maloklusi
  • INDEKS MALOKLUSI

    Suatu acuan penilaian dalam perawatan ortodonti yang objektif dan baku, sehingga setiap dokter gigi bisa melakukan standar penilaian yang sama terhadap pasien berdasarkan kriteria yang ada.

  • KRITERIA

    • Kriteria indeks maloklusi yang baik

      (Drakker, 1960; Summer, 1971; Buchanan, 1993)

      1. Valid yaitu indeks harus dapat mengukur apa yang akan diukur.
      2. Reliable (dapat dipercaya) yaitu indeks dapat mengukur serta konsisten pada saat yang berbeda dan dalam kondisi yang bermacam- macam serta pengguna yang berbeda-beda.
      3. Mudah dipelajari dan digunakan
      4. Diterima oleh kelompok pengguna indeks (tidak menimbulkan kontroversi)
      5. Dapat mendeteksi secara dini adanya perubahan pada suatu kelompok tertentu
      6. Dapat membedakan beberapa tingkatan dengan jelas
      7. Dapat dipertanggung jawabkan secara statistik
    • Syarat Indeks Ortodonti ideal (Jamison H.D dan M.C Millan R.S cit. Agusni, 1998):

      a. Indeks sebaiknya sederhana, akurat, dapat dipercaya, dapat ditiru.

      b. Indeks harus objektif dalam pengukuran dan menghasilkan data kuantitatif sehingga dapat dianalisis dengan baik menggunakan metode statistic tertentu.

      c. Indeks harus didesain untuk membedakan maloklusi yang merugikan dan tidak merugikan.

      d. Pemeriksaan yang dibutuhkan dapat dilakukan dengan cepat oleh pemeriksa walaupun tanpa instruksi khusus dalam diagnosis ortodonti.

      e. Indeks sebaiknya dapat dimodifikasi untuk sekelompok data epidemiologi tentang maloklusi dari segi prevalensi, insien, keparahan. Contohnya, frekuensi malposisi dari masing-masing gigi.

      f. Indeks sebaiknya dapat digunakan pada pasien maupun model studi.

      g. Indeks sebaiknya mengukur derajat keparahan maloklusi

  • TUJUAN & MANFAAT

    • Penilaian maloklusi dalam kesehatan masyarakat mempunyai 3 tujuan utama yaitu:

      a) Menilai keadaan/status dan penyebaran maloklusi masyarakat

      b) Mendapatkan informasi tentang kebutuhan masyarakat akan perawatan orthodonti

      c) Mendapatkan informasi untuk merencanakan sumber dan fasilitas bagi perawatan orthodonti dalam masyarakat yang berupa tenaga dan dana.

    • Manfaat Indeks maloklusi

      yaitu menilai beberapa hal yang menyangkut maloklusi, misalnya prevalensi, keparahan maloklusi, dan hasil perawatan.

      Indeks maloklusi mencatat keadaan maloklusi dalam suatu format kategori atau numeri sehingga penilaian suatu maloklusi bisa objektif (Rahardjo, 2009

  • MACAM

    • 1. Untuk menentukan klasifikasi maloklusi:

      Klasifikasi Angle

    • 2.Keperluan epidemiologi: Epidemiological

      Registration of Malocclusion Index oleh WHO.

    • 3.Mengukur kebutuhan perawatan:

      • Treatment Priority Index
      • Handicapping labio-lingual deviations (HLD) index
      • Handicapping Malocclusion Assesment Record (HMAR)
      • Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN)
    • 4. Estetik dento-fasial:

      • Photographic Index
      • Dental Aesthetic Index (DAI)
      • SCAN Index.
    • 5. Menentukan keberhasilan perawatan:

      • Occlusal Index
      • Peer Assesment Rating (PAR Index)
      • ABO’s Objective Grading System (OGS).
    • 6. Menentukan kebutuhan dankeberhasilan perawatan:

      • Index of Complexity Outcome and Need (ICON)
  • INDEKS YANG SERING DIGUNAKAN

    • Melihat keparahan maloklusi

      ICON, PAR

    • Melihat kebutuhan perawatan

      IOTN, ICON

    • Melihat progres perawatan

      PAR, ICON

  • 1. IOTN (INDEKS OF ORTHODONTIC TREATMENT NEED)

    • Dikembangkan oleh Brook dan Shaw

    • Tujuan: untuk memperkirakan kebutuhan perawatan ortodonti

    • Indeks ini secara signifikan mengklasifikasikan maloklusi pada variasi oklusal untuk kesehatan gigi dan mulut secara individual dan persepsi estetik

    • Terdiri dari dua komponen:

      • Aesthetic Component (AC)

        • Terdiri dari 10 foto berwarna yang menunjukkan tingkatan derajat yang berbeda dari penampilan estetik susunan geligi
        • Keuntungan: tidak dipengaruhi oleh kebersihan mulut, kondisi gingiva atau restorasi yang terlihat pada gigi depan.
        • Tingkat derajat keparahannya :
          • Skala 1 – 4: Tidak memerlukan perawatan/perawatan ringan

          • Skala 5 - 7: Perawatan Borderline/sedang/membutuhkan perawatan

          • Skala 8 – 10: Sangat memerlukan perawatan

            Untitled

      • Dental Health Component (DHC)

        • DHC melibatkan gambaran yang dapat mengganggu fungsi dan kesehatan gigi geligi. Hal ini didasarkan pada indeks Swedish Medical Health Board.

        • DHC merekap beberapa gambaran/ciri oklusal dari suatu maloklusi yang dapat meningkatkan keabnormalan gigi geligi dan struktur sekitarnya (variasi maloklusi akan meningkatkan morbiditas gigi)

        • Gambaran maloklusi tersebut adalah overjet, reverse overjet, overbite, openbite, crossbite, displacement of teeth, terganggunya erupsi gigi, oklusi bukal, hipodontia, cleft lip and palate

        • Gangguan fungsional juga direkap, seperti kompetensi bibir, displacement mandibula, traumatik oklusi dan kesulitan mastikasi atau bicara

        • Pengukuran menggunakan penggaris transparan berisi semua informasi yang diperlukan untuk mengukur DHC

        • Skor derajat keparahannya yaitu :

          • Skala 1 : Tidak memerlukan perawatan
          • Skala 2 : Perawatan ringan
          • Skala 3 : Perawatan Borderline/sedang
          • Skala 4 – 5 : Sangat memerlukan perawatan

          Untitled

          Untitled

        • Kelas

          • Kelas 5 ( Sangat butuh )

            • 5.i ( gigi berjejal, displacement/pergeseran, gigi berlebihan/supernumery

            tooth, gigi impaksi ( kecuali molar ketiga ) dan berbagai patologis lainnya.

            • 5.h ( hipodonsia dengan implikasi restorasi ( lebih dari 1 kehilangan gigi

            pada kuadran ) memerlukan pra – restorasi ortodontik.

            • 5.a. Peningkatan overjet lebih dari 9 mm
            • 5.m. Overjet lebih dari 3,5 mm dengan gangguan pengunyahan dan kesulitan

            bicara

            • 5.p Defek atau celah bibir dan palatum dan anomali kraniofasial lainnya
            • 5.s. submerged gigi desidui
          • Kelas 4 ( Butuh )

            • 4.h. Hipodonsia memerlukan pra-restorasi orthodontik atau butuh prosthesis.
            • 4.a. Peningkatan overjet lebih dari 6mm tetapi kurang dari atau sama dengan 9mm.
            • 4.m. Overjet lebih dari 1mm tetapi kurang dari 3,5mm dengan keluhan gangguan pengunyahan dan bicara.
            • 4.c. Gigitan silang anterior atau posterior diskrepansi lebih besar dari 2mm diantara retrusi titik kontak dan posisi intercuspal .
            • 4.l. Gigitan silang posterior dengan tidak adanya fungi kontak oklusal dalam satu atau keduanya segmen bukal.
            • 4.d. Beberapa pergeseran titik kontak lebih besar dari 4mm.
            • 4.e. Ekstrim lateral atau anterior open bite lebih besar dari 4mm.
            • 4.f. Peningkatan overbite dengan trauma gingiva atau palatal.
            • 4.t. Gigi erupsi sebagian, tipped dan impaksi gigi disebelahnya.
            • 4.x. Timbulnya supernumerary teeth
          • Kelas 3 ( Sedang )

            • 3.a. Peningkatan overjet lebih besar dari 3,5mm tetapi kurang dari atau sama dengan 6mm dengan bibir inkompeten.
            • 3.b. Overjet lebih besar dari 1mm tetapi kurang dari atau sama dengan 3,5mm.
            • 3.c. Gigitan silang anterior atau posterior lebih besar dari 1mm tetapi kurang dari atau sama dengan 1mm diskrepansi diantara retrusi titik kontak dan posisi intercucpal.
            • 3.d. Pergeseran titik kontak lebih besar dari 2mm tetapi kurang dari atau sama dengan 4mm.
            • 3.e. Lateral atau anterior open bite lebih besar dari 2mm tetapi kurang dari atau sama dengan 4mm.
            • 3.f. Deep overbite complete pada gingiva atau jaringan palatal tetapi tanpa trauma.
          • Kelas 2 ( Ringan )

            • 2.a. Peningkatan overjet lebih besar dari 3,5mm tetapi kurang dari atau sama dengan 6mm dan bibir kompeten.
            • 2.b. Overjet lebih besar dari 0mm tetapi kurang dari atau sama dengan 1mm.
            • 2.c. Gigitan silang anterior atau posterior kurang dari atau sama dengan 1mm diskrepansi diantara retrusi titik kontak dan posisi intercuspal.
            • 2.d. Pergeseran titik kontak lebih besar dari 1mm tetapi kurang dari atau sama dengan 2mm.
            • 2.e. Anterior atau posterior open bite lebih besar dari 1mm tetapi kurang dari atau sama dengan 2mm.
            • 2.f. Peningkatan overbite lebih besar dari atau sama dengan 3,5mm tanpa kontak gingival.
            • 2.g. Pra-normal atau post-normal oklusi dengan tanpa anomali lainnya ( termasuk setengah unit diskrepansi ).
          • Kelas 1 ( tidak ada )

            • 1. Ekstrim minor maloklusi termasuk pergeseran titik kontak kurang dari 1mm

        • DHC biasanya dibuat chairside dengan pemeriksaan langsung dari subyek, tapi dapat pula direkap dari model gigi. Namun penggunaan model gigi tidak menyediakan seluruh informasi yang ada.

          Untitled

    • Untuk alasan ini, dibuat sebuah protokol dalam penggunaan model gigi.

      Protokol selalu mengambil skenario terburuk.

      (1) Jika overjet 3.5 mm - 6 mm pada model gigi, dianggap bibir incompetent dan dianggap masuk tingkat 3a.

      (2) Jika ada crossbite pada model gigi, dianggap sebagai diskrepansi antara detruded contact position dan posisi intercuspal > 2 mm dan termasuk tingkat 4c.

      (3) Jika ada reverse overjet pada model gigi, dianggap terdapat masalah mastikasi/bicara sehingga termasuk tingkat paling tidak 4m.

  • 2. PAR (PEER ASSESMENT RATING) INDEX

    • Dikembangkan oleh Richmond dkk (1992)

    • Definisi: sebuah indeks oklusal kuantitatif yang mengukur banyaknya penyimpangan dari susunan normal dan oklusi

    • Tujuan: (Backstrom dkk., 1998)

      1.Untuk menilai efektivitas/hasil perawatan ortodontik

      2.Untuk evaluasi rutin dalam klinik (standar kualitas hasil perawatan)

      3.Memperkirakan seberapa jauh kasus tersebut menyimpang dari normal

      4.Mengetahui perbedaan skor sebelum dan sesudah perawatan sehinggga tepat digunakan untuk perbandingan hasil perawatan

    • Indeks PAR disusun melalui serangkaian pertemuan British Orthodontic Standar Working Party pada tahun 1987 dengan mempelajari dan mendiskusikan lebih dari 200 model studi sampai memperoleh kesepakatan mengenai gambaran individual yang akan dinilai untuk mencapai perkiraan keseimbangan oklusi.

    • Konsep Indeks PAR adalah memberikan skor pada ciri-ciri variasi oklusal yang menjadi komponen maloklusi

    • Kekurangan:

      Pengukuran indeks PAR khusus dilakukan pada model studi, sehingga tidak memperhitungkan dekalsifikasi, resesi gingival, resorbsi akar atau TMJ sebagai hasil dari perawatan ortodontik (Holman, 1998)

      Untitled

    • Cara pengukuran dilakukan dengan dua cara :

      1.Menghitung pengurangan bobot indeks PAR sebelum dan sesudah perawatan

      2.Menghitung persentase pengurangan bobot indeks PAR sebelum dan sesudah perawatan.

      • Skor individual dijumlahkan untuk memperoleh skor total yang menggambarkan derajat penyimpangan oklusi normal
      • Skor nol menunjukkan keteraturan oklusi dan skor yang lebih tinggi menunjukkan peningkatan derajat ketidakteraturan
      • Keseluruhan skor diukur pada model studi sebelum dan sesudah perawatan
      • Selisih skor sebelum dan sesudah perawatan menggambarkan derajat perbaikan sebagai hasil perawatan ortodontik
    • Komponen indeks PAR

      • segmen bukal, anterior, oklusi bukal, overjet, overbite, garis median

      Untitled

    • Penilaian antara kasus sebelum dan sesudah perawatan menggunakan Indeks PAR memiliki 11 komponen, masing-masing komponen memiliki beberapa skor yang dinilai dengan kriteria tertentu berdasarkan keparahannya.

    • Beberapa komponen individual tidak dimasukkan dalam bobot indeks PAR karena tidak memiliki nilai yang bermakna dalam memprediksi keberhasilan perawatan ortodonti:

      1. Segmen bukal (berjarak, berjejal dan impaksi) karena titik kontak antar gigi bukal sangat bervariasi. Jika perubahan letak (displacement) gigi parah, akan menghasilkan oklusi crossbite dan skornya dicatat pada oklusi bukal kanan atau kiri (tidak lagi pada penilaian titik kontak)

      2. Premolar impaksi, karena prevalensinya sangat sedikit dan pencabutan premolar juga sering dilakukan pada kasus yang membutuhkan ruang sehingga tidak memberikan pengaruh dalam menilai keberhasilan perawatan.

    • Dari 11 komponen pada tabel di atas, terdapat 5 komponen utama dalam pemeriksaannya, masing-masing komponen tersebut dinilai dan diberi bobot bedasarkan besaran yang telah ditentukan. Setiap skor komponen diakumulasikan dan dikalikan bobotnya masing-masing, sehingga menghasilkan jumlah skor akhir dari 5 komponen utama yang digunakan.

    • 5 komponen utama yang diperiksa pada indeks PAR: (Richmond dkk.,1992)

      A. Penilaian skor segmen anterior atas dan bawah, bobot: 1

      B. Penilaian skor oklusi bukal kanan dan kiri, bobot: 1

      C. Penilaian skor jarak gigit (overjet), bobot: 6

      D. Penilaian skor tumpang gigit (overbite), bobot: 2

      E. Penilaian skor garis median, bobot: 4

      • A. SEGMEN ANTERIOR

        Pengukuran pergeseran titik kontak dimulai dari mesial gigi kaninus kiri ke titik kontak mesial gigi kaninus kanan

        Pengukuran dilakukan pada:

        1.Gigi berjejal (crowded)

        2.Gigi berjarak (spacing)

        3.Impaksi gigi (impacted teeth)

        • Penilaian skor pergeseran titik kontak

          Untitled

          Untitled

        Untitled

      • B. OKLUSI BUKAL

        Penilaian skor ini dicatat dalam keadaan oklusi gigi posterior di sisi kiri dan kanan mulai dari gigi kaninus ke molar terakhir, dengan cara melihat dalam tiga arah yaitu, anteroposterior, vertikal dan transversal

        Untitled

        Untitled

      • C. JARAK GIGIT (OVERJET)

        Penilaian skor ini untuk semua gigi insisivus

        Penilaian dilakukan dengan menempatkan penggaris indeks PAR sejajar dataran oklusal dan radial dengan lengkung gigi.

        Jika terdapat dua insisivus yang crossbite dan memiliki overjet 4 mm, skornya adalah 3 (untuk crossbite) ditambah 1 (untuk overjet 4 mm), sehingga total skornya adalah 4.

        Untitled

        Untitled

      • D. TUMPANG GIGIT (OVERBITE)

        Penilaian skor ini untuk semua gigi insisivus yang dinilai dari jarak tumpang tindih dalam arah vertikal gigi insisivus atas terhadap panjang mahkota klinis gigi insisivus bawah

        • Penilaian berdasarkan besarnya gigitan terbuka
        • Skor yang dicatat adalah nilai overbite yang terbesar diantara gigi insisivus

        Untitled

        Untitled

      • E. GARIS MEDIAN

        • Penilaian skor ini dinilai dari hubungan garis tengah lengkung gigi atas terhadap lengkung gigi bawah
        • Garis tengah lengkung gigi diwakili oleh garis pertemuan kedua gigi insisivus pertama atas terhadap garis pertemuan kedua gigi insisivus bawah
        • Jika gigi insisivus bawah sudah dicabut penilaian skor garis median tidak dicatat.

        Untitled

        Untitled

    • Indeks PAR diaplikasikan pada studi model sebelum dan setelah perawatan. Skor ditandai pada tiap komponen. Skor individu dikalkulasikan tiap komponen dan dikalikan oleh bobot tiap komponen. Skor dijumlah untuk memperoleh skor keseluruhan pada derajat kasus penyimpangan dari susunan normal dan oklusi. Derajat peningkatan sebagai hasil intervensi ortodonti diperoleh dari kalkulasi perbedaan antara skor PAR sebelum dan setelah perawatan

    • Derajat peningkatan dinilai menggunakan dua perbedaan metode :

      • (1) Nomogram: derajat perubahan yang dipisahkan kedalam 3 bagian :

        (a) lebih buruk atau tidak ada perbedaan

        (b) peningkatan

        (c) peningkatan lebih besar.

      • (2) Peningkatan persentase :

        metode ini memberikan sebuah penilaian lebih sensitifitas daripada nomogram yang hanya menyediakan tiga perawatan alternatif.

        Untitled

      • Pengukuran pada model sebelum dan sesudah perawatan dilakukan dengan penggaris khusus indeks PAR.

  • PENILAIAN KEPARAHAN MALOKLUSI

    Selain mengukur keberhasilan perawatan ortodonti, indeks PAR juga dapat digunakan untuk mengukur keparahan maloklusi. Keparahan maloklusi diukur berdasarkan jumlah skor akhir yang ditentukan menurut kriteria dibawah ini:

    • Skor 0 : kriteria oklusi ideal
    • Skor 1-16 : kriteria maloklusi ringan
    • Skor 17-32 : kriteria maloklusi sedang
    • Skor 33-48 : kriteria maloklusi parah
    • Skor > 48 : kriteria maloklusi sangat parah
  • PENILAIAN KEBERHASILAN PERAWATAN

    • Keberhasilan perawatan diukur berdasarkan selisih jumlah skor akhir antara sebelum perawatan dan sesudah perawatan yang ditentukan menurut kriteria dibawah ini :
    • Pengurangan persentase skor <30% menunjukkan perawatan tidak mengalami perbaikan / lebih buruk.
    • Pengurangan skor <22 dan persentase skor 30% – 70% menunjukkan perawatan mengalami perubahan.
    • Pengurangan skor >22 dan persentase skor >70% menunjukkan perawatan mengalami perubahan sangat banyak.
  • Suatu kasus yang termasuk sangat parah dianggap bertambah baik apabila terdapat perubahan sebanyak 22 angka dari sebelum dan sesudah perawatan pada penilaian dengan indeks PAR dan sangat baik apabila skor pengurangannya lebih dari 22 skor pengurangan dan lebih dari 70%. Sedikitnya dibutuhkan 30% pengurangan skor pada suatu kasus untuk dapat dinyatakan cukup baik. Untuk suatu standar perawatan yang tinggi dibutuhkan 70% pengurangan skor rerata

  • SCORING SYSTEM FOR THE PEER ASSESS MENT RATING (PAR) INDEX

    Untitled

  • 3. ICON (INDEX OF COMPLEXITY, OUTCOME AND NEED)

    Dikembangkan oleh Daniels dan Richmond pada tahun 2000 didasarkan pada subjek dari 97 ahli bidang ortodonsia dari sembilan negara

    • Tujuan

      untuk mengevaluasi perawatan secara keseluruhan dengan penilaian secara kuantitatif.

    • Kelebihan

      ICON dibandingkan dengan indeks PAR yaitu mudah dipelajari dan digunakan untuk mengukur tingkat kebutuhan perawatan ortodontik dan keberhasilan perawatan (Fox dkk., 2002).

    • ICON terdiri dari lima komponen (Daniels dkk., 2000):

      1. Komponen dental aesthetics.

      Diambil dari komponen AC IOTN. Satu skor diperoleh dikalikan 7.

      1. Gigi yang berdesakan pada rahang atas (Upper Arch Crowding)

      Jumlah diameter mahkota sisi mesio-distal dibandingkan ke lingkar lengkung, mesial pada

      sisi lain gigi disebelahnya

      1. Relasi vertikal anterior (Tumpang gigit/Overbite)

      Termasuk gigitan terbuka dan gigitan dalam. Jika keduanya muncul skor mentah tertinggi dihitung.

      1. Segmen bukal antero-posterior (Relasi pada gigi posterior kanan dan kiri)

      Hubungan tonjol antero-posterior, skor berdasarkan petunjuk pada tabel. Skor mentah pada sisi keduanya ditambahkan

      1. Crossbite (Gigitan silang)

      Gigitan silang disebut reaksi transversal dari tonjol ke tonjol pada segmen bukal. Ini termasuk bukal dan lingual. Gigitan silang terdiri dari satu atau lebih gigi dengan atau tanpa pergeseran rahang bawah.

    • Kalkulasi skor keseluruhan :

      • Keseluruhan skor mentah diperoleh dan dikalikan oleh bobot masing – masing, kemudian ditambahkan untuk mendapatkan hasil ringkasan skor.

      • Skor penjumlahan diinterpretasikan menurut: skor sebelum perawatan yang diberikan kelas kebutuhan perawatan dan keseluruhan; skor akhir perawatan; sementara

        skor sebelum perawatan - (4 x skor setelah perawatan yang memberi derajat peningkatan)

  • 4. DENTAL AESTHETIC INDEX (DAI)

    • Diadopsi dari World Health Organization (WHO) sebagai indeks lintas kebudayaan.

    • Tujuan: identifikasi penyimpangan oklusi dan secara matematika memperoleh skor.

    • Terdiri dari 10 kategori maloklusi:

      1. Overjet

      2. Underjet

      3. Missing teeth

      4. Diastema

      5. Anterior openbite

      6. Anterior crowding

      7. Anterior spacing

      8. Largest anterior irregularity maksila

      9. Largest anterior irregularity mandibula

      10. Hubungan molar antero-posterior

    • Kode dan kriteria DAI:

      (1) Kehilangan insisivus, kaninus dan gigi premolar: Jumlah kehilangan gigi permanen insisivus, kaninus dan premolar pada lengkung rahang atas dan rahang bawah seharusnya dihitung dan dicatat.

      (2) Segmen insisal berjejal: keduanya segmen insisal rahang atas dan rahang bawah seharusnya diukur. Segmen insisal berjejal dicatat sebagai berikut: 0 – tidak berjejal; 1- satu segmen berjejal; 2 – dua segmen berjejal.

      (3) Jarak pada segmen insisal: rahang atas dan rahang bawah segmen insisal seharusnya diukur jarak. Jarak pada segmen insisal dicatat sebagai berikut: 0 – tidak ada jarak, 1 – satu segmen jarak, 2 – dua segmen jarak.

      (4) Diastema: garis median diastema didefinisikan sebagai jarak, dalam millimeter antara dua insisivus permanen maksila pada posisi normal dari titik kontak.

      (5) Largest anterior maxillary irregularity: Ketidakteraturan pada rotasi atau pergeseran dari susunan normal. Empat insisivus pada lengkung maksila seharusnya diukur ke lokasi terbesar yang tidak teratur.

      (6) Largest anterior mandibular irregularity: pengukuran sama pada lengkung maksila kecuali pada lengkung mandibula

      (7) Overjet anterior maksila: overjet terbesar maksila dicatat yang terdekat dalam millimeter.

      (8) Overjet anterior mandibula: overjet mandibula dicatat saat insisivus mandibula dalam posisi crossbite.

      (9) Vertical anterior openbite

      (10) Hubungan molar antero-posterior: Sisi kanan dan kiri diniai dengan gigi beroklusi dan penyimpangan terbesar dari hubungan normal molar dicatat.

      Kode yang digunakan:

      0: normal, 1: setengah tonjol, 2: satu tonjol

    • Kalkulasi skor DAI:

      (kehilangan gigi x 6) +(gigi berjejal) (jarak/spasi) + (diastema x 3) + (largest anterior maxillary irregularity) + (largest anterior mandibular irregularity) + (overjet anterior maksilax 2) + (overjet anterior mandibula x 4) + (vertical anterior openbite x 4) + (hubungan molar antero-posterior x 3) + 13

      Untitled

  • 5. THE ABO DISCREPANCY INDEX/ABO DI (INDEKS DISKREPANSI ABO)

    • Sejarah Indeks Diskrepansi ABO.

      • Kriteria penentu bisa diterimanya suatu kasus yang untuk sertifikasi bagi seorang Ortodontis pada ujian klinis di American Board of Orthodontics (ABO) / Dewan Ortodonsi Amerika adalah kompleksitas kasus.
      • Kompleksitas kasus didefinisikan sebagai ”kombinasi dari faktor, gejala, tanda-tanda ataupun kelainan yang membentuk sindrom”
      • Indeks-indeks di bidang Ortodonsi yang telah ada sebelumnya dirasakan tidak sesuai untuk membantu seleksi kasus bagi para kandidat yang akan mengikuti ujian sertifikasi di ABO
      • Tahun 1998, ABO mulai mengembangkan indeks untuk mengukur kompleksitas suatu kasus
      • Dikembangkan selama 5 tahun
      • Pilot study pemakaian indeks ini dimulai pada Agustus 2004
    • Observasi pengukurannya diambil dari catatan pra perawatan Ortodonsi standar

      • 1. Model Gigi

        Pengukuran :

        • Jarak gigit
        • Tumpang gigit
        • Gigitan terbuka anterior
        • Gigitan terbuka lateral
        • Geligi berdesakan
        • Relasi oklusi
        • Gigitan silang lingual posterior
        • Gigitan silang bukal posterior
      • 2. Foto sefalometri

        • Sudut ANB
        • IMPA
        • Sudut SN-GoGn
      • 3. Foto panoramik yang digunakan sebagai alat bantu pada kondisi tertentu (2 poin) :

        • Gigi mutilasi
        • Gigi supernumerary
        • Erupsi ektostema
        • Transposisi
        • Kelainan ukuran dan bentuk gigi
        • Impaksi selain Molar ketiga
        • Asimetri skeletal
        • Curve of spee yang besar
    • REQUIREMENT PENGGUNAAN DI DI ABO

      • Nilai DI >25 : 2 kasus
      • Nilai DI 16-25: 6 kasus
      • Nilai DI 7-15 : 2 kasus

      Untitled

      Untitled

      Untitled

      Untitled

      Untitled

    • INDEKS MALOKLUSI LAIN SECARA KUANTITATIF

      • Master dan Frankel

        Indeks ini digunakan untuk menghitung jumlah gigi yang berpindah atau berotasi secara kualitatif (ada atau tidak ada).

      • Malaligment Index (Mal)

        Indeks ini digunakan untuk menilai keparahan gigi yang tidak teratur. Ciri oklusi yang dinilai ialah letak gigi yang berpindah atau berotasi secara kuantitatif. Gigi yang berpindah dinilai apakah lebih kecil atau lebih besar dari 1,5 mm dan gigi yang berotasi dinilai apakah berputar lebih kecil atau lebih besar dari 45o. Penilaian dilakukan dengan sebuah penggaris kecil.

      • Handicapping Labio Lingual Deviation Index (HLD Index)

        Indeks ini ditujukan kepada subjek yang dipilih dengan maloklusi yang parah atau berat dengan adanya anomaly wajah. Indeks ini dapat digunakan pada gigi permanen

      • d. Occlusion Feature Index (OFI)

        Ciri maloklusi yang dinilai adalah letak gigi yang berjejal, kelainan integritas tonjol gigi posterior, tumpang gigit, jarak gigit. Keuntungan metode ini adalah dapat dilakukan secara sederhana dan objektif serta tidak memerlukan perlatan diagnostic yang rumit, namun kurang praktis karena dalam menilai integritas tonjol hanya dengan memeriksa hubungan gigi posterior atas dan bawah sebelah kanan serta memerlukan latihan khusus dalam menentukan besarnya skor penilaian gigi berjejal anterior bawah.

      • Malocclusion Severity Estimate oleh Grainger

        Pengukuran dan pemberian skor dibuat untuk menilai jarak gigit, tumpang gigit, gigitan terbuka anterior, insisivus maksila yang tidak tumbuh, hubungan gigi molar satu permanen, gigitan silang posterior, dan pergeseran letak gigi

      • f. Occlusal Index

        Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan perkembangan normal oklusi.

        Penilaiannya adalah umur gigi, relasi gigi molar, tumpang gigit, jarak gigit, gigitan silang posterior, gigitan terbuka posterior, penyimpangan gigi, relasi gigi tengah dan adanya gigi insisivus atas. Indeks ini dapat digunakan pada masa gigi susu, gigi bercampur, dan gigi permanen, namun bentuk penilaiannya rumit sehingga kurang praktis.

      • g. Treatment Priority Index (TPI)

        Indeks ini merupakan modifikasi dari Malocclusion Severity Estimate untuk menentukan prioritas perawatan bagi sekelompok populasi dan digunakan untuk tujuan epidemiologi.

        Indeks dibuat untuk menilai jarak gigit, gigitan terbalik, tumpang gigit, gigitan terbuka anterior, gigi insisivus agenesis, disto-oklusi, mesio-oklusi,gigitan silang posterior dengan segmen gigi buko-versi, gigitan silang posterior dengan segmen gigi atas linguo-versi, malposisi gigi individual dan celah langit-langit. Penggunaan indeks ini memerlukan bantuan penggaris sebagai alat ukur.

      • h. Handicapping Malocclusion Assesment Index (HMA)

      Salah satu indeks yang dianjurkan oleh para ahi yang telah mengevaluasi penggunaan indeks-indeks.

      Indeks HMA secara kuantitatif memberikan penilaian terhadap ciri-ciri oklusi dan cara menentukan prioritas perawatan ortodonti menurut keparahan maloklusi yang dapat dilihat pada besarnya skor yang tercatat pada lembar isian.

      Indeks ini digunakan untuk mengukur kelainan gigi pada satu rahang, dan mgukur cirri maloklusi yang merupakan kelainan dentofasial.

      • Keuntungan indeks ini adalah:

        1. Mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi dan peka terhadap semua tingkatan maloklusi.

        2. Penilaian renggang dan absen gigi posterior dicatat.

        3. Jika metode dipelajari dengan baik, tidak diperlukan catatan lain dan skor keparahan maloklusi dapat dikalkulasi dengan cepat.

        4. Selain keuntungan diatas, indeks ini juga dapat memenuhi persyaratan indeks yang dituliskan sebelumnya, diantaranya sederhana, objektif dalam pengukuran, dapat mengukur tingkat keparahan maloklusi, dapat diperiksa langsung pada pasien dan tidak menggunakan alat yang rumit. Kekurangan metode ini adalah memerlukan latihan cara pemeriksaan untuk menyamakan persepsi pada pemeriks

Post a Comment

© Copyright 2019 DENTSIVE: materi dan soal kedokteran gigi

Form WhatsApp

This order requires the WhatsApp application.

Order now